-
Hunian keluarga bisa berupa rumah permanen, rumah kontrakan, apartemen, dan lain-lain. Untuk pasangan yang baru menikah atau keluarga kecil yang baru terbentuk biasanya akan memilih rumah kontrakan sebagai tempat tinggal. Dalam mendapat rumah kontrakan yang ideal, tentu ada beberapa pertimbangan tersendiri yang diperlukan.
Aneka bahan pertimbangan ini harus benar-benar dipikirkan secara masak-masak agar kita bisa mendapat rumah kontrakan terbaik dan memenuhi kebutuhan papan bagi seluruh anggota keluarga. Berikut adalah beberapa hal yang harus diperhatikan tersebut.
Pertama, pertimbangkan dari segi harganya. Intip harga yang dibanderol terlebih dahulu. Jika harganya tinggi, maka bisa jadi kita hanya dapat menggigit jari karena tidak sesuai budget yang disediakan, sebagus atau seideal apapun kontrakan tersebut. Tanyakan berapa harga kontrakan pada sang pemilik sebelum mempertimbangkan aspek-aspek lainnya.
Kedua, setelah merasa cocok dengan harga yang ditawarkan, barulah kita pertimbangkan lokasinya. Lokasi yang biasa digunakan rumah kontrakan adalah di kawasan perumahan ataupun perkampungan. Keduanya memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing sehingga harus dipertimbangkan masak-masak.
Berikutnya, pertimbangkan juga lingkungan sosial di sekitar tempat tinggal. Jangan hanya mencari kontrakan karena dekat tempat kerja. Lingkungan sosial akan turut berpengaruh pada diri sendiri serta keluarga. Hindari memilih rumah kontrakan yang dekat tempat-tempat maksiat seperti diskotek, perjudian, panti pijat, lokalisasi, warung remang-remang dan lain-lain. Hal ini tentu tidak akan baik bagi keluarga.
Selanjutnya, pertimbangkan juga tingkat kebisingan yang ada. Jangan pilih rumah kontrakan dengan lokasi berdekatan bengkel maupun pasar. Hampir bisa dipastikan kita takkan dapat tidur nyenyak karena suara bising. Polusi udara serta sampah yang dihasilkan juga bisa membuat kita tak merasa nyaman saat berada di dalam rumah.
Pertimbangkan juga keluarga yang akan turut menghuni kontrakan tersebut bersama kita. Jika kita telah menikah namun belum memiliki anak, sewalah rumah dengan konsep bedeng atau paviliun yang langsung dengan kamar. Namun jika kita telah memiliki keluarga kecil dengan beberapa anak, maka tak bijak rasanya jika memilih rumah kontrakan yang tidak dilengkapi kamar tidur terpisah. Setidaknya, dalam rumah kontrakan harus ada ruang tamu, kamar tidur, kamar mandi serta dapur yang terpisah. Tentunya kita tak ingin jika anak-anak berjejalan dalam kamar kontrakan yang ukurannya hanya 3x4 meter.
Pertimbangan berikutnya dalam memilih rumah kontrakan adalah sanitasi. Adanya kamar mandi yang bersih tentu akan menjamin kesehatan seluruh anggota keluarga yang menempati kontrakan tersebut. Posisi kamar mandi di dalam rumah juga lebih baik dibanding kamar mandi di luar rumah, terutama apabila kita hendak menggunakannya di malam hari. Cek pula kondisi kran air, apakah masih mengalir lancar atau tidak. Pembuangan air pada pipanya juga harus diperhatikan, apakah ada sumbatan atau tidak.
Terakhir adalah pertimbangan seputar air, apakah menggunakan PDAM atau pompa Sanyo. Jika air berasal dari Sanyo, perhatikan kualitas air, apakah terdapat kandungan logam berat atau bebas dari logam berat. Perhatikan juga apakah air mengeluarkan bau atau tidak Apabila kualitas air bagus, selanjutnya perhatikan apakah volume air tersebut dapat mencukupi kebutuhan untuk seluruh anggota keluarga atau tidak.
Sebaik apapun kondisi rumah serta lingkungannya, jika kebutuhan akan air sulit untuk diakses, maka hidup dalam rumah tersebut bisa jadi akan sangat payah. Ini karena air memiliki peran penting dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari untuk diminum, memasak, mandi, mencuci dan lain-lain.
Demikian adalah aneka pertimbangan yang harus diperhatikan saat hendak memilih rumah kontrakan ideal untuk seluruh anggota keluarga. Memang ada banyak hal yang wajib dipikirkan masak-masak, apalagi karena rumah kontrakan tersebut akan ditinggali dalam jangka waktu lama. Apalagi karena rumah tersebut akan ditempati bersama pasangan dan anak-anak, sehingga kebutuhan mereka juga penting untuk diperhatikan.
Penting untuk memilih kontrakan yang nyaman serta memenuhi aneka kebutuhan diri dan keluarga. Faktor keamanan, kebersihan dan kesehatan terutama harus sangat diperhatikan. Dengan memperhatikan semua faktor di atas, diharapkan kita akan dapat menemukan hunian yang tepat bagi seluruh anggota keluarga untuk jangka panjang.
-
Siapa yang tidak ingin memiliki rumah? Rumah merupakan salah satu hal yang sangat dibutuhkan dan diinginkan oleh banyak orang di masa depan nanti. Apalagi ketika sudah memiliki keluarga sendiri atau sudah menikah, tentu akan terpikir untuk membeli rumah yang nyaman dan layak huni.
Tetapi membeli rumah juga tidak semudah yang kita bayangkan. Beberapa hal yang harus dipertimbangkan oleh kita semua adalah masalah finansial. Pertanyaannya adalah apakah saya sudah memiliki uang cukup untuk membeli rumah? Nah, jika pertimbangannya seperti itu maka yang harus dilihat adalah penghasilan yang dihasilkan per bulannya.
Jika memang belum memenuhi, maka harus ada perencanaan lainnya. Setelah menikah tentunya tinggal bersama orang tua atau mertua adalah salah satu hal yang wajar jika belum memiliki rumah pribadi.
Namun permasalahannya yaitu tidaklah mudah untuk tinggal dengan orang tua atau mertua, karena sebagai pasangan baru pastinya akan sering mengalami masalah, penyesuaian dan kebiasaan yang ada di dalam keluarga tersebut serta pastinya akan menjadi hal yang baru untuk salah satu pasangan yang ikut tinggal bersama.
Oleh karena itu, meskipun belum memiliki rumah sendiri akan lebih baik jika tinggal secara pribadi, baik harus mengontrak rumah terlebih dahulu.
Sebelum memutuskan untuk memilih kontrakan, salah satunya adalah kontrakan rumah sederhana, dan akan lebih dipertimbangkan terlebih dahulu jenis kontrakan yang bagaimana yang harus dipilih. Apakah kontrakan rumah atau kontrakan petak? Sebelum itu, mungkin kita harus mengetahui terlebih dahulu perbedaan dari kedua jenis kontrakan tersebut.
Jika Anda membedakan kedua kontrakan untuk rumah dan petak adalah luas dan privasi sangatlah berbeda. Jika Anda mengontrak rumah, maka luas bangunan akan sesuai dengan rumah-rumah pribadi pada umumnya serta privasi akan sangat terjamin dengan adanya jarak antara rumah satu dengan rumah lainnya.
Sedangkan untuk kontrakan petak, sangatlah berbeda karena luas ruangan sangat terbatas, biasanya memiliki rata-rata luas yang hanya 35 meter – 40 meter persegi. Untuk perjanjian sewanya pun akan lebih jelas jika mengontrak rumah dibandingkan kontrakan sewa. Tentunya dengan harga yang juga sangat berbeda satu sama lain.
Harga dari kontrakan petak mungkin akan jauh lebih murah daripada ketika kontrakan untuk rumah pribadi. Selain itu, biasanya yang sering menyewa kontrakan petakan adalah seorang mahasiswa atau pekerja yang merantau, dan keluarga yang memiliki perekonomian rendah.
Dari beberapa perbedaan dapat disimpulkan, bahwa kontrakan untuk rumah pribadi akan lebih nyaman dibandingkan kontrakan petak. Mungkin sebagian pasangan menginginkan hunian atau tempat tinggal yang nyaman dan sedikit longgar.
Biasanya lebih banyak pasangan yang memilih untuk mengontrak rumah dibandingkan memilih kontrakan yang berpetak. Ada pula beberapa alasan lainnya mengapa lebih memilih kontrakan untuk rumah pribadi daripada kontrakan petak.
Senioritas
Tidak heran jika setiap orang memiliki sifat yang berbeda-beda, mau tidak mau kita harus menyesuaikan dan orang di sekitar. Apalagi bagi para pengontrak petakan pasti akan menemukan berbagai sifat orang yang macam-macam, ada yang ramah, baik, gampang bergaul, temperamen, tukang gossip, dan masih banyak lagi.
Yang sering terjadi untuk pengontrak petakan adalah senioritas di antara pengontrak lainnya. Mereka yang telah lebih lama tinggal di kontrakan tersebut akan merasa harus lebih dihormati atau lebih senior.
Beberapa senioritas mereka bahkan sampai ditunjukkan dengan berbagai hal, seperti harus diprioritaskan dalam segala hal contohnya mendapatkan jatah air lebih dahulu, bersikap sinis kepada penghuni baru, dan masih banyak lagi. Itu mengapa banyak yang kurang suka dengan kontrakan petakan dan lebih baik mengontrak rumah pribadi.
Sering Bertengkar Dengan Tetangga
Kejadian yang sering terjadi pada para penghuni kontrakan petakan adalah sering bertengkar dengan beberapa tetangga yang sama-sama penghuni kontrakan petak tersebut.
Biasanya hal seperti ini sering sekali terjadi karena perpindahan penghuni kontrakan baru yang memang berasal dari daerah dan adat yang berbeda, sehingga dapat menimbulkan kesalahpahaman sesame tetangga. Selain itu, bisa juga dikarenakan adanya jarak kontrakan yang memang tidak terlalu luas, sehingga menimbulkan ketidaknyamanan sesama penghuni.
Berisik
Adanya pembatas kontrakan petakan yang sangat dekat yaitu hanya dibatasi oleh dinding saja, bahkan ada pula kontrakan yang hanya memiliki pembatas terbuat dari kayu. Maka privasi dari masing-masing penghuni kontrakan petak ini kurang terjaga.
Yang terjadi adalah kita akan sering mendengar suara-suara yang akan membuat sedikit terganggu. Karena suara tetangga sebelah sudah pasti akan sangat terdengar dengan pembatas yang hanya dinding saja. Hal ini pun yang akan membuat privasi dari penghuni kontrakan tidak akan begitu terjaga.
Memperbaiki Kerusakan Sendiri
Bagi pengontrak petak pengeluaran untuk sewa memang murah, namun pengeluaran akan kenyamanan untuk tempat tinggal yaitu memperbaiki beberapa yang rusak seperti listrik, cat tembok yang lusuh, pintu yang sedikit rusak, dan masih banyak lagi. Hal seperti itu, biasanya pemilik kontrakan petakan tidak terlalu peduli dengan kerusakan tersebut. Sehingga mau tidak mau harus memperbaiki dan menanggung biayanya sendiri.
Nah, dari beberapa alasan di atas yang membuat banyak orang lebih memilih untuk menyewa kontrakan rumah daripada kontrakan petakan. Namun semua tergantung dengan kebutuhan dan kemampuan sendiri. Semua tergantung pada masing-masing kondisi individu.
Karena yang terpenting yaitu memiliki tempat tinggal dan tempat untuk beristirahat serta melindungi Anda dari berbagai macam hal seperti hujan dan panas. Jadi, manakah yang akan Anda pilih untuk dijadikan tempat tinggal yang terbaik saat ini?
-
Tidak memiliki pacar bukan berarti tidak memiliki jodoh. Lagipula, seseorang yang tengah menjalin hubungan pun tidak menjamin hidupnya akan selalu merasa bahagia. Walau belum menikah atau bahkan belum menjalin hubungan spesial dengan seseorang, ada beberapa cara yang bisa dicoba dalam menemukan pendamping yang tepat untuk dibawa ke jenjang yang lebih serius nantinya.
Satu hal yang harus kita ketahui adalah bahwa banyak hal yang lebih tinggi posisinya dalam daftar prioritas dibanding mencari pasangan. Kita harus tetap memprioritaskan diri sendiri terlebih dahulu agar merasa bahagia. Setelah itu barulah kita bisa membahagiakan pasangan.
1. Tetapkan Prinsip
Tips pertama yang bisa dijalankan untuk mencari pendamping yang tepat ialah menetapkan prinsip bahwa mungkin besok akan ada yang lebih baik dari diri kita. Saat prinsip ini sudah dipegang, kita akan fokus untuk meraih tujuan hidup, masa depan serta cita-cita yang terbentang di depan mata.
Dengan begini, kita takkan mengharapkan atau bahkan memikirkan akan adanya sebuah hubungan. Namun, jangan terlalu berpegang teguh juga pada prinsip ini yang bisa berujung pada penolakan untuk tiap orang yang mendekati kita. Yang perlu dilakukan hanyalah menjaga diri serta membatasi hubungan. Saat waktunya sudah datang, bisa jadi pasangan kitalah yang akan menemukan kita sebagai teman hidup, sehingga kita tak perlu mencari lagi.
2. Temukan Hobi
Kedua, carilah hobi dan jalankan dengan serius. Mencari dan menekuni hobi bisa membuat diri kita semakin bertambah baik dan bergabung dalam lingkar pergaulan berisi orang-orang dengan minat yang sama. Bukan tidak mungkin jodoh kita berasal dari lingkup yang sama dengan kita, terutama dari segi hobi atau kesukaan.
Ini artinya, menekuni hobi akan bisa membawa kita lebih dekat pada orang-orang dengan passion yang sama, dan mungkin pada jodoh kita. Kita juga bisa mencari hobi baru. Carilah hobi dan temukan orang-orang dengan hobi yang sama. Kita bisa membuat komunitas sendiri berisi orang-orang yang passion-nya sama atau bergabung dalam komunitas tertentu.
Cara ini layak dicoba karena selain bisa membantu kita dalam menemukan jodoh, kita juga akan bisa menyibukkan diri dalam kegiatan yang benar-benar kita suka. Artinya, kita takkan terlalu terbebani dan justru bisa menggunakannya sebagai sarana melepas stress.
Melakukan sesuatu yang disukai lewat penyaluran hobi tentunya akan membuat kita semakin bahagia. Dengan rasa senang ini diharapkan kita bisa semakin terbuka pada orang-orang di sekitar kita serta pastinya membuka hati untuk memulai hubungan baru dengan seseorang. Kita bisa mendapat banyak manfaat positif. Bahkan, seandainya lewat cara ini kita tidak menemukan jodoh, setidaknya kita mendapat banyak kenalan baru dan mengisi waktu dengan hal-hal yang menyenangkan.
3. Percaya Diri
Menanam rasa percaya diri akan sangat membantu kita dalam hal apapun. Tumbuhkan rasa ini agar kita merasa tidak memerlukan pacar hanya untuk membuat kita bisa menikmati hidup. Banyak orang yang jauh lebih baik untuk dimiliki daripada pasangan yang belum tentu bisa berlanjut ke hubungan pernikahan.
Di antaranya adalah orangtua yang menerima apa adanya, saudara yang akan selalu disayangi serta sahabat yang setia mendukung. Memang benar bahwa tak ada orang yang bisa hidup sendiri dan harus berpasang-pasangan. Tapi, harus dipahami juga bahwa semua itu ada waktunya dan tidak masalah jika untuk sementara ini kita masih betah menyendiri.
Selama kita nyaman akan keadaan sekarang, maka kenapa tidak menunda sebentar dalam pencarian cinta sejati. Kitalah yang menjalani hidup serta memutuskan pilihan termasuk dalam urusan pasangan masa depan. Mencari pasangan hidup untuk menghabiskan masa tua memang perlu, namun sebaiknya tak dijadikan beban yang justru bisa membuat kita tertekan dan stres.
Tetap jalani hidup dengan penuh rasa syukur serta perluas lingkup pergaulan. Isi hari-hari dengan kegiatan positif dan tetap fokus pada memperbaiki kualitas diri. Tanamkan dalam pikiran bahwa laki-laki baik adalah untuk perempuan baik dan demikian juga sebaliknya. Dengan menerapkan cara-cara di atas, diharapkan kita akan tetap dapat menikmati hidup sembari mencoba menemukan pasangan jiwa.
-
Tidak terasa tahun ini sudah kembali memasuki bulan Ramadhan yang berarti Idul Fitri juga sudah di depan mata. Menjelang hari raya para pekerja di Jakarta umumnya berbondong-bondong melakukan mudik ke daerah asal masing-masing, baik yang di Pulau Jawa maupun luar Jawa. Jumlah pekerja yang mudik ini biasanya jauh lebih sedikit dibandingkan jumlah pendatang yang masuk ke Jakarta sesudah hari raya. Hal ini menunjukkan bahwa setelah lebaran banyak masyarakat dari luar Jakarta yang mencoba peruntungan untuk mengadu nasib ke ibukota.
Gemerlapnya kota besar seperti Jakarta memang memiliki magnet yang sangat kuat bagi masyarakat di kota kecil lainnya. Bayangan hidup enak bergelimang harta membuat banyak masyarakat dari kota kecil memutuskan untuk hijrah ke Jakarta tanpa mengetahui bahwa persaingan untuk hidup di kota besar ini tidaklah mudah. Masuknya pendatang ke Ibukota ini merupakan hal yang tidak diinginkan oleh pemerintah setempat, terlebih jika para pendatang tidak memiliki keahlian yang mumpuni untuk mengadu nasib. Masuknya pendatang yang hijrah ke kota besar tanpa mengantongi keahlian khusus ini memiliki dampak negatif diantaranya :
Populasi masyarakat semakin padat
Semakin banyak pendatang yang masuk ke Ibukota akan semakin padat populasi masyarakatnya. Populasi yang semakin besar menjadi sumber dari beberapa masalah lainnya seperti pemukiman, transportasi dan kriminalitas.
Pemukiman kumuh semakin merajalela
Para pendatang yang tidak membawa bekal materi yang cukup membuat kebutuhan akan tempat tinggal yang layak juga tidak dapat terpenuhi. Akibatnya semakin banyak pemukiman kumuh yang dibangun di bantaran sungai maupun daerah-daerah lainnya. Maraknya pemukiman kumuh ini selain bisa mengurangi keindahan kota juga dapat mengganggu kenyamanan penduduk asli Jakarta.
Ancaman banjir dan bencana lainnya semakin tinggi
Semakin banyak penduduk yang tinggal di kota besar seperti Jakarta akan semakin tinggi ancaman banjir yang mengintai. Hal ini disebabkan adanya pemukiman tidak resmi di bantaran-bantaran kali. Warga yang tinggal dipemukiman kumuh ini tidak memiliki lokasi pembuangan sampah yang memadai, akibatnya sampah-sampah rumah tangga dibuang ke sungai yang berakibat pada bencana banjir tahunan. Selain itu, kebutuhan yang semakin tinggi akan hunian membuat lahan-lahan terbuka hijau juga semakin disulap menjadi bangunan beton yang membuat daerah resapan air berkurang. Faktor ini juga semakin memperparah kondisi banjir ibukota setiap musim hujannya.
Angka kriminalitas meningkat
Tidak adanya keahlian yang dimiliki membuat pendatang kesulitan untuk memperoleh pekerjaan yang berakibat pada kemiskinan. Pendatang yang tidak memiliki keahlian yang cukup ini kemudian menghalalkan segala cara agar tetap dapat bertahan hidup di tengah kerasnya ibukota. Cara yang ditempuh ini tidak jarang berupa mencuri, mencopet bahkan membunuh. Semakin tingginya angka pengangguran di Jakarta maka angka kriminalitas juga semakin meningkat.
Memperparah kemacetan
Semakin banyaknya jumlah penduduk selalu akan diikuti dengan kebutuhan transportasi yang semakin meningkat. Akibatnya jumlah kendaraan bermotor di Jakarta sudah tidak dapat dibendung yang pada akhirnya membuat kemacetan semakin sulit untuk diurai. Kemacetan ini cukup mengurangi kenyamanan warga Jakarta untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Polusi udara semakin parah
Hal ini masih berkaitan dengan semakin banyaknya jumlah kendaraan bermotor yang melintas di jalanan ibukota. Tanah Jakarta yang padat denga pemukiman maupun perkantoran membuat jumlah ruang terbuka hijau menjadi sangat terbatas. Sebaliknya, jumlah kendaraan bermotor yang makin banyak membuat polusi udara menjadi semakin parah dan tidak dapat diatasi oleh jumlah pepohonan yang terbatas.
Semakin banyak jumlah pengemis dan anak terlantar
Para pendatang yang masuk ke Jakarta tanpa keahlian juga bisa berakhir menjadi pengemis dan anak-anak terlantar. Keberadaan pengemis dan anak terlantar ini membuat suasana kota menjadi semakin tidak kondusif dan nyaman.
Bisa dilihat bahwa masuknya pendatang tanpa keahlian ke kota besar justru memberikan banyak dampak negatif dibandingkan dampak positif. Maka dari itu, sebaiknya persiapkan diri dengan baik sebelum memutuskan untuk mengadu nasib ke kota besar. Pastikan Anda sudah memiliki pekerjaan dengan penghasilan yang memadai untuk kehidupan sehari-hari. Jika belum memiliki keahlian sebaiknya jangan tinggalkan kota asal dan fokuskan diri untuk mengembangkan kemampuan terlebih dahulu.
-
Biaya hidup semakin hari memang kian bertambah besar. Semakin pesat perkembangan zaman, semakin banyak keperluan sehari-hari yang harus dipenuhi. Saat ini keperluan hidup tidak hanya sekadar keperluan sandang, pangan dan papan tetapi sudah jauh lebih berkembang lagi mulai dari pendidikan, transportasi hingga gaya hidup. Biaya hidup bagi Anda yang masih sendiri dan yang sudah berkeluarga tentu berbeda. Jika masih sendiri Anda hanya perlu memikirkan biaya sehari-hari untuk satu orang, sedangkan setelah berkeluarga ada pasangan dan anak-anak yang juga harus dipenuhi semua kebutuhannya.
Setiap kota di Indonesia memiliki kisaran penghasilan ideal yang berbeda. Hal ini ditentukan oleh banyak faktor mulai dari harga bahan makanan, biaya transportasi sehari-hari dan biaya kebutuhan hidup lainnya. Adanya perbedaan ini membuat pemerintah juga menetapkan upah minimum pekerja yang berbeda di tiap daerahnya. Memang, berapapun penghasilan yang dimiliki, cukup atau tidaknya ditentukan oleh bagaimana Anda dan pasangan bisa berlaku bijak dalam mengaturnya.
Akan tetapi, akan selalu ada biaya dasar untuk dapat bertahan hidup, seperti contohnya biaya untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan. Bagi Anda yang ingin hidup di Ibukota sebaiknya ketahui terlebih dahulu berapa kisaran penghasilan ideal untuk menghidupi Anda dan keluarga, berikut ini pos-pos perkiraan biaya yang akan Anda keluarkan per bulannya untuk hidup di Jakarta :
Tempat tinggal
Tempat tinggal adalah kebutuhan utama yang harus Anda dan keluarga miliki. Jika Anda sudah memiliki tempat tinggal pribadi di Kota ini maka bersyukurlah karena biaya kontrak ataupun membeli hunian jadi di kota ini sangatlah tinggi. Biaya yang sekiranya perlu Anda keluarkan untuk kos berupa kamar saja bisa menghabiskan dana dengan kisaran 1-2 juta per bulannya. Sementara itu untuk sewa kontrakan rumah maupun apartemen Anda perlu merogoh kocek 13-50 juta per tahunnya. Harga hunian di Jakarta bervariasi tergantung lokasi, ukuran, fasilitas serta akses transportasi. Akan tetapi, se murah-murahnya hunian di Jakarta ini masih lebih mahal dibandingkan harga hunian di kota lain yang lebih kecil.
Konsumsi sehari-hari
Sebagai kebutuhan pokok bagi manusia, biaya konsumsi keluarga sehari-hari juga perlu Anda pikirkan dengan cermat. Biaya makan di Jakarta ini memang cukup mahal, terlebih jika Anda makan di warung ataupun rumah makan. Biaya yang perlu Anda keluarkan untuk kebutuhan makan sehari-hari bisa mencapai 2 kali lipat biaya makan di kota lain, Yogyakarta misalnya. Di Kota Jakarta, setidaknya Anda harus menyiapkan uang sekitar 20-30 ribu Rupiah untuk sekali makan, sedangkan di Yogyakarta dengan uang 10-15 ribu Rupiah saja Anda sudah bisa mendapatkan hidangan yang mengenyangkan perut.
Transportasi harian
Berbeda dengan kota lain, Jakarta sudah sangat lekat dengan kemacetan. Jalanan macet sudah menjadi santapan sehari-hari bagi para penduduk kota ini. Masalah kemacetan ini juga berakibat pada biaya transportasi yang harus dikeluarkan. Jika Anda memiliki kendaraan pribadi berupa mobil maka akan ada biaya bahan bakar ekstra yang harus dikeluarkan karena kemacetan tentu akan membuat konsumsi bahan bakar menjadi semakin boros. Jika Anda tidak memiliki kendaraan pribadi, Anda juga harus menyiapkan dana untuk transportasi dengan berbagai moda transportasi umum seperti kereta komuter, bus ataupun ojek.
Biaya hiburan dan gaya hidup
Agar hidup tidak membosankan tentu Anda dan keluarga membutuhkan hiburan untuk melepas penat. Hiburan ini juga memerlukan biaya yang tidak sedikit. Lokasi Jakarta yang banyak dikelilingi tempat perbelanjaan membuat hiburan di kota ini berkutat tidak jauh dari mall maupun bioskop. Biaya untuk makan di mall ataupun menonton di bioskop juga tergolong lumayan menguras kantong, Anda perlu menyiapkan dana sekitar 50-150 ribu Rupiah per orangnya.
Bisa dibayangkan bukan berapa besar biaya hidup yang harus Anda siapkan untuk keluarga jika tinggal di kota metropolitan ini. Sebaiknya pikirkan matang-matang sebelum memutuskan untuk memboyong ataupun membangun keluarga di kota besar ini. Usahakan Anda memiliki penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar Anda dan keluarga. Memang, rezeki sudah diatur oleh Tuhan, tetapi sebagai manusia Anda tetap perlu mengatur strategi yang tepat agar keluarga dapat hidup sejahtera tanpa kesulitan masalah keuangan.
Follow articles RSS
Follow comments' RSS flux